Sabtu, 26 Maret 2011

Pendidikan di era globalisasi

Pendidikan abad 21
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka (Mukhopadhyay M., 1995). Sebagai contoh kita melihat di Perancis proyek “Flexible Learning?. Hal ini mengingatkan pada ramalan Ivan Illich awal tahun 70-an tentang “Pendidikan tanpa sekolah (Deschooling Socieiy)” yang secara ekstrimnya guru tidak lagi diperlukan.
Bishop G. (1989) meramalkan bahwa pendidikan masa mendatang akan bersifat luwes (flexible), terbuka, dan dapat diakses oleh siapapun juga yang memerlukan tanpa pandang faktor jenis, usia, maupun pengalaman pendidikan sebelumnya.
Mason R. (1994) berpendapat bahwa pendidikan mendatang akan lebih ditentukan oleh jaringan informasi yang memungkinkan berinteraksi dan kolaborasi, bukannya gedung sekolah. Namun, teknologi tetap akan memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin.
Tony Bates (1995) menyatakan bahwa teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan bila digunakan secara bijak untuk pendidikan dan latihan, dan mempunyai arti yang sangat penting bagi kesejahteraan ekonomi.
Alisjahbana I. (1966) mengemukakan bahwa pendekatan pendidikan dan pelatihan nantinya akan bersifat “Saat itu juga (Just on Time)?. Teknik pengajaran baru akan bersifat dua arah, kolaboratif, dan inter-disipliner.
Romiszowski & Mason (1996) memprediksi penggunaan “Computer-based Multimedia Communication (CMC)? yang bersifat sinkron dan asinkron.
Dari ramalan dan pandangan para cendikiawan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan masuknya pengaruh globalisasi, pendidikan masa mendatang akan lebih bersifat terbuka dan dua arah, beragam, multidisipliner, serta terkait pada produktivitas kerja “saat itu juga? dan kompetitif.
Kecenderungan dunia pendidikan di Indonesia di masa mendatang adalah:
- Berkembangnya pendidikan terbuka dengan modus belajar jarak jauh (Distance Learning). Kemudahan untuk menyelenggarakan pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu dimasukan sebagai strategi utama.
- Sharing resource bersama antar lembaga pendidikan/latihan dalam sebuah jaringan.
- Perpustakaan & instrumen pendidikan lainnya (guru, laboratorium) berubah fungsi menjadi sumber informasi daripada sekedar rak buku.
- Penggunaan perangkat teknologi informasi interaktif, seperti CD-ROM Multimedia, dalam pendidikan secara bertahap menggantikan TV dan Video.
Dengan adanya perkembangan teknologi informasi dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini sudah dimungkinkan untuk diadakan belajar jarak jauh dengan menggunakan media internet untuk menghubungkan antara mahasiswa dengan dosennya, melihat nilai mahasiswa secara online, mengecek keuangan, melihat jadwal kuliah, mengirimkan berkas tugas yang diberikan dosen dan sebagainya, semuanya itu sudah dapat dilakukan.
Faktor utama dalam distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara dosen dan mahasiswanya. Namun demikian, dengan media internet sangat dimungkinkan untuk melakukan interaksi antara dosen dan siswa baik dalam bentuk real time (waktu nyata) atau tidak. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara di atas interaksi dosen dan mahasiswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi dosen dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa. Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh dosen dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administrasi juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.
Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut: (1) Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan mahasiswa, dimana mahasiswa dapat menambah kemampuan, membaca materi kuliah, mencari informasi dan sebagainya. (2) Interaksi dalam grup; Para mahasiswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan dosen. Dosen dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya. (3) Sistem administrasi mahasiswa; dimana para mahasiswa dapat melihat informasi mengenai status mahasiswa, prestasi mahasiswa dan sebagainya. (4) Pendalaman materi dan ujian; Biasanya dosen sering mengadakan quis singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning (5) Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database. (6) Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.
Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung misalnya hardware, maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi perhatian utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan khususnya pada non text based material. Di luar negeri, khususnya di negara maju, pendidikan jarak jauh telah merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari. Metoda pendidikan ini diikuti oleh para mahasiswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu pertukaran materi dilakukan dengan surat menyurat, atau dilengkapi dengan materi audio dan video. Saat ini hampir seluruh program distance learning di Amerika, Australia dan Eropa dapat juga diakses melalui internet. Studi yang dilakukan oleh Amerika, sangat mendukung dikembangkannya e-learning, menyatakan bahwa computer based learning sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah mengumumkan program Global Distance Learning Network (GDLN) yang memiliki mitra sebanyak 80 negara di dunia. Melalui GDLN ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada mahasiswa 5 kali lebih banyak (dari 30 menjadi 150 mahasiswa) dengan biaya 31% lebih murah.
Dalam era global, penawaran beasiswa muncul di internet. Bagi sebagian besar mahasiswa di dunia, uang kuliah untuk memperoleh pendidikan yang terbaik umumnya masih dirasakan mahal. Amat disayangkan apabila ada mahasiswa yang pandai di kelasnya tidak dapat meneruskan sekolah hanya karena tidak mampu membayar uang kuliah. Informasi beasiswa merupakan kunci keberhasilan dapat menolong mahasiswa yang berpotensi tersebut.

Jumat, 11 Maret 2011

ULUMUL HADIS

“Hadis maudhu’
PENDAHULUAN
Hadits merupakan sumber kedua setelah Al Qur’an dalam islam. Kita sebagai seorang muslim tidak meyakini bahwa semua hadits adalah shahih. Namun juga tidak benar bila menganggap bahwa semua hadits itu palsu, sebagaimana anggapan para orientalis. Jadi memang ada hadits yang shahih, hasan, dha’if, dan maudhu’(palsu). Dalam dalam kesempatan ini, insya Allah saya akan menjelaskan seputar hadits maudhu’, agar kita faham pembahasan yang berkaitan dengan hadits maudhu’, baik pengertian, hukum, ciri-ciri maupun yang lainnya.
Pengertian
Menurut Bahasa
Hadits Maudhu’ Merupakan isim maf’ul (objek) dari kata wadha’a Asy-Syaia, yang berarti menurunkannya. Dinamakan seperti itu, karena memang menurunkan derajatnya.
Menurut Istilah
Adalah kedustaan yang dibuat dan direka-reka yang disandarkan atas nama Rasulullah dan ia termasuk periwayatan yang paling jelek.
Awal Munculnya Hadits Maudhu’
Perpecahan kaum Muslimin menjadi beberapa kelompok setelah fitnah( masa setelah terbunuhnya Utsman bin Affan), menjadikan setiap kelompok mencari dukungan dari Al Qur’an dan As Sunah. Sebagian kelompok mentakwilkan Al Qur’an bukan pada makna sebenarnnya. Dan membawa As Sunah bukan pada maksudnya. Bila mereka mentakwilkan hadits mereka menisbatkan kepada Nabi Apalagi tentang keutamaan para Imam mereka. Dan kelompok yang pertama melakukan hal itu adalah Syi’ah. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa Rasulullah dan tidak pernah dilakukan seorang shahabatpun. Apabila diantara mereka berselesih mereka berijtihad, dengan mengedepankan mencari kebenaran.
Derajat Hadits Maudhu’ dan Hukum Meriwayatkannya
Hadits maudhu’ merupakan hadits yang paling rendah dan paling buruk Sehingga para ulama’ sepakat, haramnya meriwayatkan hadits maudhu’ dari orang yang mengetahui kepalsuannya dalam bentuk apapun, kecuali disertai dengan penjelasan akan kemaudhu’anya.
Nabi bersabda: “Barangsiapa yang menceritakan hadits dari sedang dia
mengetahui bahwa itu dusta, maka dia termasuk para pendusta.” (HR. Muslim).
Cara Yang Ditempuh Pembuat Hadits Maudhu’
Membuat perkataan yang berasal dari dirinya, kemudian meletakkan sanadnya dan meriwayatkannya.
Mengambil perkataan ahli bijak atau selain mereka kemudian meletakkan sanadnya.
Bagaimana Mengetahui Hadits Maudhu’
Pengakuan dari orang yang memalsukan hadits. Seperti pengakuan Abi ‘Ishmat Nuh bin Abi Maryam, yang digelari Nuh Al Jami’, bahwasanya ia telah memalsukan hadits atas Ibnu Abbas tentang keutamaan-keutamaan Al Qur’an surat per surat. Dan seperti pengakuan Maisarah bin Abdi Rabbihi Al Farisi bahwa dia telah memalsukan hadits tentang keutamaan Ali sebanyak tujuh puluh hadits.
Pernyataan yang diposisikan sama dengan pengakuan. Seperti seseorang menyampaikan hadits dari seorang syaikh, dan hadits itu tidak diketahui kecuali dari syaikh tersebut. Ketika ditanya perawi tersebut, tentang tanggal kelahirannya, ternyata perawi dilahirkan sesudah kematian syaikh. Atau pada saat syaikh meninggal dia masih kecil dan tidak mendapatkan periwayatan.
Adanya inidikasi perawi yang menunjukkan akan kepalsuannya. Misal perawi Rafidhah, haditsnya tentang keutamaan ahli bait. As Suyuthi berkata:”Dari indikasi perawi (maudhu’) adalah dia seorang Rafidhah dan haditsnya tentang keutamaan ahli bait.” Hamad bin Salamah berkata:”Menceritakan kepada syaikh mereka(Rafidhah), dengan berkata:”Bila kami berkumpul-kumpul, kemudian ada sesuatu yang kami anggap baik maka kami jadikan sebagai hadits.
Adanya indikasi pada isi hadits, bertentangan dengan akal sehat, bertentangan dengan indra, berlawanan dengan ketetapan agama atau susunan lafadz lemah dan kacau, serta kemustahilan hadits tersebut bersumber dari Rasulullah.
Menurut Abu Bakar bin Ath Thayib:”Sesungguhnya bagian dari petunjuk maudhu’ adalah tidak masuk akal yang tidak bisa ditakwil disertai dengan tidak berdasar pada panca indra, atau menafikan dalil-dali Al Qur’an yang qath’I, sunah yang mutawatir dan ijma’. Adapun jika bertentangannya memungkinkan untuk dijamak, maka ia tidak (maudhu’).” Ibnu Al Jauzi berkata:”Perkataan yang paling tepat berkenan dengan hadits maudhu’ adalah, apabila kamu melihat hadits yang menjelaskan akal, menyelisihi naql (dalil), atau yang membatalkan masalah ushul(akidah), ketahuilah sesungguhnya itu adalah maudhu’.” Misalnya apa yang diriwayatkan Abdurahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya dari kakeknya secara marfu’,” Bahwa kapal Nabi Nuh thawaf mengelilingi ka’bah tujuh kali dan shalat dua rakaat di maqam Ibrahim.
Motivasi-motivasi yang Mendorong Melakukan Pemalsuan Hadits
Banyak niat seseorang memalsukan hadits baik timbul dari motif politik, kebodohan, kezindikan atau sekedar hobi semata. Berikut adalah motivasi-motivasi mereka:
Membela suatu madzhab, termasuk madzhab yang terpecah menjadi aliran politik setelah munculnya fitnah(masa setelah terbunuhnya Utsman bin Affan) dan maraknya aliran-aliran politik seperti Khawarij dan Syi’ah. Masing-masing aliran membuat hadits-hadits palsu untuk memperkuat golongannya. Ini merupakan asal dari kedustaan atas nama Rasulullah.
Imam Malik ditanya tentang Rafidhah, berkata:”Janganlah engkau bicara dengan mereka, jangan meriwayatkan (hadits) dari mereka sesungguhnya mereka berdusta.
Dalam rangka Taqarrub kepada Allah, dengan meletakkan hadits-hadits targhib(yang mendorong) manusia untuk berbuat kebaikan, atau hadits yang berisi ancaman terhadap perbuatan munkar. Mereka yang membuat hadits-hadits maudhu’ ini biasanya menisbatkannya kepada golongan ahli zuhud dan orang-orang shalih. Mereka ini termasuk kelompok pembuat hadits maudhu’ yang paling buruk, karena manusia menerima hadits-hadits maudhu’ mereka disebabkan kepercayaan terhadap mereka. Diantara mereka adalah Maisarah bin Abdi Rabbihi. Ibnu Hibban telah meriwayatkan dari kitabnya Ad Dhu’afa’, dari Ibnu Mahdi, dia bertanya kepada Maisarah bin Abdi Rabbihi:”Dari mana engkau mendatangkan hadits-hadits seperti, “Barangsiapa membaca ini maka ia akan memperoleh itu? Ia menjawab:”Aku sengaja membuatnya untuk memberi dorongan kepada manusia.
Mendekatkan diri kepada penguasa demi menuruti hawa nafsu. Sebagian orang yang imannya lemah berupaya mendekati sebagian penguasa dengan membuat hadits yang menisbatkan kepada penguasa agar mendapat perhatian.Seperti kisah Giyats bin Ibrahim An Nakh’I Al Kufi dengan Amir Mukminin Al Mahdi, ketika masuk ke (ruangan Amirul Mukminin) dan menjumpai Al Mahdi tengah bermain-main dengan burung merpati. Maka ia menambahkan perkataan dalam hadits yang disandarkan kepada Nabi, bahwa beliau bersabda:
“Tidak ada perlombaan kecuali bermain pedang, pacuan, menggali atau sayap.”
Ia menambahkan kata sayap (junah), yang dilakukan untuk menyenangkan Al Mahdi, lalu Al Mahdi memberinya sepuluh dirham. Setelah berpaling, Sang Amir berkata:”Aku bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah. Kemudian Al Mahdi memerintah untuk menyembelih burung merpati itu.
Zindiq yang ingin merusak manusia dan agamanya. Hamad bin Zaid berkata: “Orang-orang zindiq membuat hadits dusta yang disandarkan kepada Rasulullah sebanyak empat belas ribu hadits. Ahmad bin Shalih Al Mishri berkata:”(Hukuman bagi) orang zindiq adalah dipenggal lehernya, orang-orang dungu itu telah membuat hadits maudhu’ sebanyak empat ribu, maka berhati-hatilah. Ketika akan dipenggal lehernya Ibnu Adi berkata:”Aku telah memalsukan hadits diantara kalian sebanyak empat ribu hadits, aku mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Diantara mereka adalah Muhammad bin Sa’id Asy Syami yang dihukum mati dan disalib karena kezindikannya. Ia meriwayatkan hadits dari Humaid dari Anas secara Marfu :
Aku adalah Nabi terakhir, dan tidak ada Nabi sesudahku kecuali yang Allah kehendaki.
Mengikuti hawa nafsu dan ahli ra’yu yang tidak mempunyai dalil dari kitab dan sunah kemudian membuat hadits maudhu’ untuk membenarkan hawa nafsu dan pendapatnya.
Dalam rangka mencari penghidupan dan memperoleh rizki. Seperti yang dilakukan sebagian tukang dongeng yang mencari penghidupan melalui berbagai cerita kepada masyarakat. Mereka menambahnambahkan ceritanya agar masyarakat mau mendengar dongengannya, lalu mereka memberi upah. Diantara mereka adalah Abu Sa’id Al Madani.
Dalam rangka meraih popularitas, yaitu dengan membuat hadits yang gharib(asing) yang tidak dijumpai pada seorangpun dari syaikh-syaikh hadits. Mereka membolak balik sanad hadits supaya orang yang mendengarnya terperangah. Diantara mereka adalah Ibnu Abu Dihyah dan Hammad bin An Nashibi.
Fanatisme terhadap Imam atau Negri. Asy Syu’ubiyun memalsu hadits yang berbunyi:”Sesungguhnya Allah apabila murka menurunkan wahyu dengan menggunakan bahasa Arab, dan apabila ridha menurunkan wahyu dengan bahasa Persi (Al Farisiyah).” Maka seorang Arab yang jahil membaliknya, perkataan ini, yaitu, ” Sesungguhnya Allah apabila murka menurunkan wahyu dengan menggunakan bahasa Persi (AlFarisiyah), dan apabila ridha menurunkan wahyu dengan bahasa Arab. Dan orang yang ta’ashub(fanatik) terhadap Abu Hanifah, memalsu hadits, yang berbunyi:”Akan ada dari umatku seorang laki-laki yang disebut Abu Hanifah Al Nu’man, dia adalah penerang umatku. Dan orang yang tidak senang dengan Imam Asy Syafi’I, membuat hadits yang berbunyi:” Akan ada dari umatku seorang laki-laki yang disebut Muhammad bin Idris, dia lebih bahaya atas umatku dari pada iblis.
Ancaman Bagi yang Membuat Hadits Maudhu’.
Orang yang berdusta atas nama Rasulullah ancamannya sangat keras. sebagaimana Nabi bersabda:
“Barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaknya ia bersiap-siap menempati tempatnya dineraka.” Hadits ini diriwayatkan secara mutawatir, yaitu diriwayatkan 70 orang shahabat.
Dalam riwayat Al Bukhari tidak terdapat atau dengan sengaja. Namun dalam riwayat Ibnu Hibban terdapat kata ini. Adapun adalah perintah yang juga berarti kabar(berita), ancaman, penghinaan atau do’a atas 10 pelakunya. Yaitu semoga Allah menyiapkan untuknya (nereka). Syaikh Muhammad Abu Al Juwaini, berpendapat bahwa kafir bagi orang yang memalsukan hadits Rasulullah dan dengan sengaja dan mengetahui (hukum berkenaan) dengan yang ia ada-adakan.
Kitab-kitab Referensi Hadits Palsu
Para ulama telah merupaya mengumpulkan hadits-hadits palsu supaya kaum
muslimin selamat dari makar pembuatnya, di antara kitab-kitab tersebut yaitu:
Al Madhu’at, karangan Ibnu Al Jauzi.
Al La’ali Al Mashnu’ah fi Al Ahadits Al Maudhu’ah, karya As Suyuthi, ringkasan kitab diatas.
Tanzihu Ay Syri’ah Al Marfu’ah ‘an Al Ahadits Asy Syani’ah Al Maudhu’ah karya Ibnu ‘Iraqi Al Kittani, ringkasan kedua kitab diatas.
Akhir Kata
Dengan memohon pertolongan Allah, bersama-sama kita meningkatkan iman dan ilmiah ummat berpatok pada pemahaman salafush shalih, menggalang ukhuwah bersama seluruh thalibul ilmi dan du’at penyeru kepada ummat, bersama seluruh golongan dan pergerakan yang haq, merajut al-wala hingga menjadi bangunan yang kokoh saling menguatkan, dan inilah seruan kami:
Seruan untuk hijrah kepada Allah dengan memurnikan tauhid dan mencampakkan kesyirikan serta hijrah kepada Rasul-Nya dengan mengikuti sunnahnya.
Seruan untuk berwala kepada iman dan muslimin serta baro’ dari syirik dan musyrikin.
Saran dan Kritik
Semua saran, koreksi dan kritik atau kontribusi harap dikirimkan langsung ke Kotak Komentar.

ULUMUL HADIS

Ulumul hadis “Hadis maudhu’
PENDAHULUAN
Hadits merupakan sumber kedua setelah Al Qur’an dalam islam. Kita sebagai seorang muslim tidak meyakini bahwa semua hadits adalah shahih. Namun juga tidak benar bila menganggap bahwa semua hadits itu palsu, sebagaimana anggapan para orientalis. Jadi memang ada hadits yang shahih, hasan, dha’if, dan maudhu’(palsu). Dalam dalam kesempatan ini, insya Allah saya akan menjelaskan seputar hadits maudhu’, agar kita faham pembahasan yang berkaitan dengan hadits maudhu’, baik pengertian, hukum, ciri-ciri maupun yang lainnya.
Pengertian
Menurut Bahasa
Hadits Maudhu’ Merupakan isim maf’ul (objek) dari kata wadha’a Asy-Syaia, yang berarti menurunkannya. Dinamakan seperti itu, karena memang menurunkan derajatnya.
Menurut Istilah
Adalah kedustaan yang dibuat dan direka-reka yang disandarkan atas nama Rasulullah dan ia termasuk periwayatan yang paling jelek.
Awal Munculnya Hadits Maudhu’
Perpecahan kaum Muslimin menjadi beberapa kelompok setelah fitnah( masa setelah terbunuhnya Utsman bin Affan), menjadikan setiap kelompok mencari dukungan dari Al Qur’an dan As Sunah. Sebagian kelompok mentakwilkan Al Qur’an bukan pada makna sebenarnnya. Dan membawa As Sunah bukan pada maksudnya. Bila mereka mentakwilkan hadits mereka menisbatkan kepada Nabi Apalagi tentang keutamaan para Imam mereka. Dan kelompok yang pertama melakukan hal itu adalah Syi’ah. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa Rasulullah dan tidak pernah dilakukan seorang shahabatpun. Apabila diantara mereka berselesih mereka berijtihad, dengan mengedepankan mencari kebenaran.
Derajat Hadits Maudhu’ dan Hukum Meriwayatkannya
Hadits maudhu’ merupakan hadits yang paling rendah dan paling buruk Sehingga para ulama’ sepakat, haramnya meriwayatkan hadits maudhu’ dari orang yang mengetahui kepalsuannya dalam bentuk apapun, kecuali disertai dengan penjelasan akan kemaudhu’anya.
Nabi bersabda: “Barangsiapa yang menceritakan hadits dari sedang dia
mengetahui bahwa itu dusta, maka dia termasuk para pendusta.” (HR. Muslim).
Cara Yang Ditempuh Pembuat Hadits Maudhu’
Membuat perkataan yang berasal dari dirinya, kemudian meletakkan sanadnya dan meriwayatkannya.
Mengambil perkataan ahli bijak atau selain mereka kemudian meletakkan sanadnya.
Bagaimana Mengetahui Hadits Maudhu’
Pengakuan dari orang yang memalsukan hadits. Seperti pengakuan Abi ‘Ishmat Nuh bin Abi Maryam, yang digelari Nuh Al Jami’, bahwasanya ia telah memalsukan hadits atas Ibnu Abbas tentang keutamaan-keutamaan Al Qur’an surat per surat. Dan seperti pengakuan Maisarah bin Abdi Rabbihi Al Farisi bahwa dia telah memalsukan hadits tentang keutamaan Ali sebanyak tujuh puluh hadits.
Pernyataan yang diposisikan sama dengan pengakuan. Seperti seseorang menyampaikan hadits dari seorang syaikh, dan hadits itu tidak diketahui kecuali dari syaikh tersebut. Ketika ditanya perawi tersebut, tentang tanggal kelahirannya, ternyata perawi dilahirkan sesudah kematian syaikh. Atau pada saat syaikh meninggal dia masih kecil dan tidak mendapatkan periwayatan.
Adanya inidikasi perawi yang menunjukkan akan kepalsuannya. Misal perawi Rafidhah, haditsnya tentang keutamaan ahli bait. As Suyuthi berkata:”Dari indikasi perawi (maudhu’) adalah dia seorang Rafidhah dan haditsnya tentang keutamaan ahli bait.” Hamad bin Salamah berkata:”Menceritakan kepada syaikh mereka(Rafidhah), dengan berkata:”Bila kami berkumpul-kumpul, kemudian ada sesuatu yang kami anggap baik maka kami jadikan sebagai hadits.
Adanya indikasi pada isi hadits, bertentangan dengan akal sehat, bertentangan dengan indra, berlawanan dengan ketetapan agama atau susunan lafadz lemah dan kacau, serta kemustahilan hadits tersebut bersumber dari Rasulullah.
Menurut Abu Bakar bin Ath Thayib:”Sesungguhnya bagian dari petunjuk maudhu’ adalah tidak masuk akal yang tidak bisa ditakwil disertai dengan tidak berdasar pada panca indra, atau menafikan dalil-dali Al Qur’an yang qath’I, sunah yang mutawatir dan ijma’. Adapun jika bertentangannya memungkinkan untuk dijamak, maka ia tidak (maudhu’).” Ibnu Al Jauzi berkata:”Perkataan yang paling tepat berkenan dengan hadits maudhu’ adalah, apabila kamu melihat hadits yang menjelaskan akal, menyelisihi naql (dalil), atau yang membatalkan masalah ushul(akidah), ketahuilah sesungguhnya itu adalah maudhu’.” Misalnya apa yang diriwayatkan Abdurahman bin Zaid bin Aslam dari bapaknya dari kakeknya secara marfu’,” Bahwa kapal Nabi Nuh thawaf mengelilingi ka’bah tujuh kali dan shalat dua rakaat di maqam Ibrahim.
Motivasi-motivasi yang Mendorong Melakukan Pemalsuan Hadits
Banyak niat seseorang memalsukan hadits baik timbul dari motif politik, kebodohan, kezindikan atau sekedar hobi semata. Berikut adalah motivasi-motivasi mereka:
Membela suatu madzhab, termasuk madzhab yang terpecah menjadi aliran politik setelah munculnya fitnah(masa setelah terbunuhnya Utsman bin Affan) dan maraknya aliran-aliran politik seperti Khawarij dan Syi’ah. Masing-masing aliran membuat hadits-hadits palsu untuk memperkuat golongannya. Ini merupakan asal dari kedustaan atas nama Rasulullah.
Imam Malik ditanya tentang Rafidhah, berkata:”Janganlah engkau bicara dengan mereka, jangan meriwayatkan (hadits) dari mereka sesungguhnya mereka berdusta.
Dalam rangka Taqarrub kepada Allah, dengan meletakkan hadits-hadits targhib(yang mendorong) manusia untuk berbuat kebaikan, atau hadits yang berisi ancaman terhadap perbuatan munkar. Mereka yang membuat hadits-hadits maudhu’ ini biasanya menisbatkannya kepada golongan ahli zuhud dan orang-orang shalih. Mereka ini termasuk kelompok pembuat hadits maudhu’ yang paling buruk, karena manusia menerima hadits-hadits maudhu’ mereka disebabkan kepercayaan terhadap mereka. Diantara mereka adalah Maisarah bin Abdi Rabbihi. Ibnu Hibban telah meriwayatkan dari kitabnya Ad Dhu’afa’, dari Ibnu Mahdi, dia bertanya kepada Maisarah bin Abdi Rabbihi:”Dari mana engkau mendatangkan hadits-hadits seperti, “Barangsiapa membaca ini maka ia akan memperoleh itu? Ia menjawab:”Aku sengaja membuatnya untuk memberi dorongan kepada manusia.
Mendekatkan diri kepada penguasa demi menuruti hawa nafsu. Sebagian orang yang imannya lemah berupaya mendekati sebagian penguasa dengan membuat hadits yang menisbatkan kepada penguasa agar mendapat perhatian.Seperti kisah Giyats bin Ibrahim An Nakh’I Al Kufi dengan Amir Mukminin Al Mahdi, ketika masuk ke (ruangan Amirul Mukminin) dan menjumpai Al Mahdi tengah bermain-main dengan burung merpati. Maka ia menambahkan perkataan dalam hadits yang disandarkan kepada Nabi, bahwa beliau bersabda:
“Tidak ada perlombaan kecuali bermain pedang, pacuan, menggali atau sayap.”
Ia menambahkan kata sayap (junah), yang dilakukan untuk menyenangkan Al Mahdi, lalu Al Mahdi memberinya sepuluh dirham. Setelah berpaling, Sang Amir berkata:”Aku bersaksi bahwa tengkukmu adalah tengkuk pendusta atas nama Rasulullah. Kemudian Al Mahdi memerintah untuk menyembelih burung merpati itu.
Zindiq yang ingin merusak manusia dan agamanya. Hamad bin Zaid berkata: “Orang-orang zindiq membuat hadits dusta yang disandarkan kepada Rasulullah sebanyak empat belas ribu hadits. Ahmad bin Shalih Al Mishri berkata:”(Hukuman bagi) orang zindiq adalah dipenggal lehernya, orang-orang dungu itu telah membuat hadits maudhu’ sebanyak empat ribu, maka berhati-hatilah. Ketika akan dipenggal lehernya Ibnu Adi berkata:”Aku telah memalsukan hadits diantara kalian sebanyak empat ribu hadits, aku mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram. Diantara mereka adalah Muhammad bin Sa’id Asy Syami yang dihukum mati dan disalib karena kezindikannya. Ia meriwayatkan hadits dari Humaid dari Anas secara Marfu :
Aku adalah Nabi terakhir, dan tidak ada Nabi sesudahku kecuali yang Allah kehendaki.
Mengikuti hawa nafsu dan ahli ra’yu yang tidak mempunyai dalil dari kitab dan sunah kemudian membuat hadits maudhu’ untuk membenarkan hawa nafsu dan pendapatnya.
Dalam rangka mencari penghidupan dan memperoleh rizki. Seperti yang dilakukan sebagian tukang dongeng yang mencari penghidupan melalui berbagai cerita kepada masyarakat. Mereka menambahnambahkan ceritanya agar masyarakat mau mendengar dongengannya, lalu mereka memberi upah. Diantara mereka adalah Abu Sa’id Al Madani.
Dalam rangka meraih popularitas, yaitu dengan membuat hadits yang gharib(asing) yang tidak dijumpai pada seorangpun dari syaikh-syaikh hadits. Mereka membolak balik sanad hadits supaya orang yang mendengarnya terperangah. Diantara mereka adalah Ibnu Abu Dihyah dan Hammad bin An Nashibi.
Fanatisme terhadap Imam atau Negri. Asy Syu’ubiyun memalsu hadits yang berbunyi:”Sesungguhnya Allah apabila murka menurunkan wahyu dengan menggunakan bahasa Arab, dan apabila ridha menurunkan wahyu dengan bahasa Persi (Al Farisiyah).” Maka seorang Arab yang jahil membaliknya, perkataan ini, yaitu, ” Sesungguhnya Allah apabila murka menurunkan wahyu dengan menggunakan bahasa Persi (AlFarisiyah), dan apabila ridha menurunkan wahyu dengan bahasa Arab. Dan orang yang ta’ashub(fanatik) terhadap Abu Hanifah, memalsu hadits, yang berbunyi:”Akan ada dari umatku seorang laki-laki yang disebut Abu Hanifah Al Nu’man, dia adalah penerang umatku. Dan orang yang tidak senang dengan Imam Asy Syafi’I, membuat hadits yang berbunyi:” Akan ada dari umatku seorang laki-laki yang disebut Muhammad bin Idris, dia lebih bahaya atas umatku dari pada iblis.
Ancaman Bagi yang Membuat Hadits Maudhu’.
Orang yang berdusta atas nama Rasulullah ancamannya sangat keras. sebagaimana Nabi bersabda:
“Barangsiapa berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaknya ia bersiap-siap menempati tempatnya dineraka.” Hadits ini diriwayatkan secara mutawatir, yaitu diriwayatkan 70 orang shahabat.
Dalam riwayat Al Bukhari tidak terdapat atau dengan sengaja. Namun dalam riwayat Ibnu Hibban terdapat kata ini. Adapun adalah perintah yang juga berarti kabar(berita), ancaman, penghinaan atau do’a atas 10 pelakunya. Yaitu semoga Allah menyiapkan untuknya (nereka). Syaikh Muhammad Abu Al Juwaini, berpendapat bahwa kafir bagi orang yang memalsukan hadits Rasulullah dan dengan sengaja dan mengetahui (hukum berkenaan) dengan yang ia ada-adakan.
Kitab-kitab Referensi Hadits Palsu
Para ulama telah merupaya mengumpulkan hadits-hadits palsu supaya kaum
muslimin selamat dari makar pembuatnya, di antara kitab-kitab tersebut yaitu:
Al Madhu’at, karangan Ibnu Al Jauzi.
Al La’ali Al Mashnu’ah fi Al Ahadits Al Maudhu’ah, karya As Suyuthi, ringkasan kitab diatas.
Tanzihu Ay Syri’ah Al Marfu’ah ‘an Al Ahadits Asy Syani’ah Al Maudhu’ah karya Ibnu ‘Iraqi Al Kittani, ringkasan kedua kitab diatas.
Akhir Kata
Dengan memohon pertolongan Allah, bersama-sama kita meningkatkan iman dan ilmiah ummat berpatok pada pemahaman salafush shalih, menggalang ukhuwah bersama seluruh thalibul ilmi dan du’at penyeru kepada ummat, bersama seluruh golongan dan pergerakan yang haq, merajut al-wala hingga menjadi bangunan yang kokoh saling menguatkan, dan inilah seruan kami:
Seruan untuk hijrah kepada Allah dengan memurnikan tauhid dan mencampakkan kesyirikan serta hijrah kepada Rasul-Nya dengan mengikuti sunnahnya.
Seruan untuk berwala kepada iman dan muslimin serta baro’ dari syirik dan musyrikin.
Saran dan Kritik
Semua saran, koreksi dan kritik atau kontribusi harap dikirimkan langsung ke Kotak Komentar.

Laporan Jenis PTS di PAUD HAFIDZHA

LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) DI PAUD HAFIDZA
RT. 02 RW. 10 KAMPUNG WATES DESA PABUARAN BOJONGGEDE

Laporan KKN ini merupakan salah satu prasyarat Akademik di Sekolah Tinggi Agama Islam Nida El- Adabi guna mengikuti tahapan berikutnya dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam








OLEH
DEDE SUTISNA
NPM: 10.002231880

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NIDA EL-ADABI
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BOGOR, 24 Februari 2011

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa Laporan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang berjudul :

UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) DI PAUD HAFIDZA RT. 02, RW. 10 KAMPUNG WATES


Disusun oleh :
DEDE SUTISNA


Bojonggede, 24 Februari 2011
Dosen Pembimbing : Ketua Prodi PAI:


Taufik Hidayat, S.Pd, M.PdI Drs. Mulyadi, MA

Puket III


M. Rochanda, M.Si

DAFTAR ISI
Halaman Judul i
Lembar Pengesahan ii
Daftar Isi iii
Kata Pengantar v
Daftar Lampiran vi
Ringkasan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
E. Pemechan Masalah
F. Tujuan Penelitian
G. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Guru
B. Standar Kompetensi Guru
C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
D. Bimbingan Berkelanjutan
BAB III METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
B. Persiapan Penelitian Tindakan Sekolah
C. Subjek Penelitian
D. Sumber data
E. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data
F. Prosedur Penelitian
G. Rencana Pelaksanaan
H. Indikator Pencapaian Hasil
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
B. Pembahasan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka
LAMPIRAN














KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat rnenyelesaikan Laporan Kuliah Kerja Nyata tepat pada waktunya.
Laporan yang tersusun ini adalah sebagai salah satu rangkaian yang integral dan pelaksanaan program KKN yang telah dilaksanakan pada tanggal 24 Januari sampai dengan 24 Febuari 2011 berlokasi di Desa Pabuaran Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor.
Dalam kesempatan ini penulis tidak lupa pula menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama pelaksanaan kegiatan KKN berlangsung hingga selesai penyusunan laporan ini. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:
1. Bapak Drs. Ramlan Rosyad selaku Ketua STAI Nida El-Adabi Bogor.
2. Bapak Taufik Hidayat, S.Pd, M.PdI selaku dosen pembimbing KKN kelompok Bojonggede.
3. Bapak Jayadih, S.PdI Selaku ketua pelaksana kegiatan KKN kelompok Bojonggede.
4. Bapak Masdauki, S.IP selaku Kepala Desa Pabuaran beserta aparatnya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kegiatan KKN kelompok Bojonggede ini jauh dan sempurna baik dari segi isi maupun dari segi tata cara penulisannya. Untuk itu penulis akan bersikap terbuka terhadap kritik dan saran yang sifatnya konstruktif.
Akhirnya penulis berharap mudah-rnudahan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca laporan ini pada umurnnya.



Bogor, Februari 2010-2011



Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber daya manusia dan dipandang sebagai kebutuhan dasar bagi masyarakat yang ingin maju. Komponen-komponen sistem pendidikan yang mencakup sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi dua yaitu: tenaga kependidikan guru dan nonguru. Menurut Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan, ”komponen-komponen sistem pendidikan yang bersifat sumber daya manusia dapat digolongkan menjadi tenaga pendidik dan pengelola satuan pendidikan (penilik, pengawas, peneliti dan pengembang pendidikan).” Tenaga gurulah yang mendapatkan perhatian lebih banyak di antara komponen-komponen sistem pendidikan. Besarnya perhatian terhadap guru antara lain dapat dilihat dari banyaknya kebijakan khusus seperti kenaikan tunjangan fungsional guru dan sertifikasi guru.
Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi profesional telah banyak dilakukan. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua guru memiliki kinerja yang baik dalam melaksanakan tugasnya. “Hal itu ditunjukkan dengan kenyataan (1) guru sering mengeluh kurikulum yang berubah-ubah, (2) guru sering mengeluhkan kurikulum yang syarat dengan beban, (3) seringnya siswa mengeluh dengan cara mengajar guru yang kurang menarik, (4) masih belum dapat dijaminnya kualitas pendidikan sebagai mana mestinya” (Imron, 2000:5).
Berdasarkan kenyataan begitu berat dan kompleksnya tugas serta peran guru tersebut, perlu diadakan supervisi atau pembinaan terhadap guru secara terus menerus untuk meningkatkan kinerjanya. Kinerja guru perlu ditingkatkan agar usaha membimbing siswa untuk belajar dapat berkembang.
”Proses pengembangan kinerja guru terbentuk dan terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di tempat mereka bekerja. Selain itu kinerja guru dipengaruhi oleh hasil pembinaan dan supervisi kepala sekolah” (Pidarta, 1992:3). Pada pelaksanaan KTSP menuntut kemampuan baru pada guru untuk dapat mengelola proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan-pelayanan secara efisien kepada pengguna ( peserta didik, masyarakat ) akan sangat tergantung pada kualitas gurunya yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan keefektifan mereka dalam melaksanakan tanggung jawab individual dan kelompok.
Direktorat Pembinaan SMA (2008:3) menyatakan ”kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kemampuan sekolah dalam mengelola proses pembelajaran, dan lebih khusus lagi adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas, mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan konsekuensinya, adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif”.
Hal ini berarti bahwa guru sebagai fasilitator yang mengelola proses pembelajaran di kelas mempunyai andil dalam menentukan kualitas pendidikan. Konsekuensinya adalah guru harus mempersiapkan (merencanakan) segala sesuatu agar proses pembelajaran di kelas berjalan dengan efektif.
Perencanaan pembelajaran merupakan langkah yang sangat penting sebelum pelaksanaan pembelajaran. Perencanaan yang matang diperlukan supaya pelaksanaan pembelajaran berjalan secara efektif. Perencanaan pembelajaran dituangkan ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau beberapa istilah lain seperti desain pembelajaran, skenario pembelajaran. RPP memuat KD, indikator yang akan dicapai, materi yang akan dipelajari, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar serta penilaian.
Guru harus mampu berperan sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan karena di tangan gurulah keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Seorang guru dikatakan profesional apabila (1) serius melaksanakan tugas profesinya, (2) bangga dengan tugas profesinya, ( 3) selalu menjaga dan berupaya meningkatkan kompetensinya, (4) bekerja dengan sungguh tanpa harus diawasi, (5) menjaga nama baik profesinya, (6) bersyukur atas imbalan yang diperoleh dari profesinya.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang 8 Standar Nasional Pendidikan menyatakan standar proses merupakan salah satu SNP untuk satuan pendidikan dasar dan menengah yang mencakup: 1) Perencanaan proses pembelajaran, 2) Pelaksanaan proses pembelajaran, 3) Penilaian hasil pembelajaran, 4) dan pengawasan proses pembelajaran. Perencanaan pembelajaran meliputi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Silabus dan RPP dikembangkan oleh guru pada satuan pendidikan. Guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun Silabus dan RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Masalah yang terjadi di lapangan masih ditemukan adanya guru (baik di sekolah negeri maupun swasta) yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuat dengan alasan ketinggalan di rumah dan bagi guru yang sudah membuat RPP masih ditemukan adanya guru yang belum melengkapi komponen tujuan pembelajaran dan penilaian (soal, skor dan kunci jawaban), serta langkah-langkah kegiatan pembelajarannya masih dangkal. Soal, skor, dan kunci jawaban merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pada komponen penilaian (penskoran dan kunci jawaban) sebagian besar guru tidak lengkap membuatnya dengan alasan sudah tahu dan ada di kepala. Sedangkan pada komponen tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan sumber belajar sebagian besar guru sudah membuatnya. Masalah yang lain yaitu sebagian besar guru khususnya di sekolah swasta belum mendapatkan pelatihan pengembangan RPP. Selama ini guru-guru yang mengajar di sekolah swasta sedikit/jarang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti berbagai Diklat Peningkatan Profesionalisme Guru dibandingkan sekolah negeri. Hal ini menyebabkan banyak guru yang belum tahu dan memahami penyusunan/pembuatan RPP secara baik/lengkap. Beberapa guru mengadopsi RPP orang lain. Hal ini penulis ketahui pada saat mengadakan kegiatan KKN di RT. 2 RW. 10 kampung Wates desa Pabuaran kecamatan Bojonggede kabupaten Bogor pada sekolah jenis PAUD sebagai obyek penelitian, di PAUD inilah kondisinya seperti itu. Permasalahan tersebut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan proses pembelajaran.
Dengan keadaan demikian, peneliti berusaha untuk memberi bimbingan dan arahan sesuai kemampuan pada guru dalam menyusun RPP secara lengkap sesuai dengan tuntutan pada standar proses dan standar penilaian yang merupakan bagian dari standar nasional pendidikan.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran harus dibuat agar kegiatan pembelajaran berjalan sistematis dan mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, biasanya pembelajaran menjadi tidak terarah. Oleh karena itu, guru harus mampu menyusun RPP dengan lengkap berdasarkan silabus yang disusunnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sangat penting bagi seorang guru karena merupakan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang muncul dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Guru banyak yang belum paham dan termotivasi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap.
2. Sebagian besar guru belum mendapatkan pelatihan pengembangan KTSP.
3. Ada guru yang tidak bisa memperlihatkan RPP yang dibuatnya dengan berbagai alasan.
4. RPP yang dibuat guru komponennya belum lengkap/tajam khususnya pada komponen langkah-langkah pembelajaran dan penilaian.
5. Guru banyak yang mengadopsi RPP orang lain. Untuk poin terakhir ini bukan hanya di PADU HAFIDZA saja melainkan di semua tingkat satuan pendidikan masih ditemukan hal seperti itu, ini ditemukan sewaktu penulis mengikuti MGMP, diklat, workshop, seminar, lokakarya, IHT atau kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan pembahasan sekitar Silabus dan RPPnya.
C. Pembatasan Masalah
Dari lima masalah yang diidentifikasikan di atas, masalah dibatasi menjadi:
1. Guru belum paham dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
2. Kalaupun sudah ada tapi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuatnya belum lengkap.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah di atas, diajukan rumusan masalah sebagai berikut.
Apakah dengan bimbingan selama KKN ini berlangsung (mulai tanggal 24 Januari s.d. 24 Februari 2011) akan dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran?
E. Pemecahan Masalah/Tindakan
1. Penulis mencoba untuk mengambil tindakan dengan memberi penjelasan dan arahan kepada guru tentang pentingnya seorang guru membuat RPP secara lengkap. Dengan bimbingan selama kegiatan KKN ini diharapkan guru termotivasi dalam menyusun RPP dengan lengkap dan dapat digunakan sebagai acuan atau panduan dalam mengajar, agar SK dan KD yang terdapat dalam standar isi dapat tersampaikan semua karena sudah ada dalam RPP yang dibuat oleh guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada siklus pertama.
2. Penulis mencoba untuk melihat proses peningkatan kemampuan guru dalam menyusun RPP melalui instrument proses yang telah dirancang yaitu berupa lembar observasi/pengamatan komponen RPP yang memuat sebelas komponen yaitu: 1) identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, 9) kegiatan pembelajaran, 10) sumber belajar dan 11) penilaian hasil belajar ( soal, skor dan kunci jawaban ), untuk melihat apakah guru sudah membuat RPP dengan lengkap. Hal itu nanti akan dibuktikan dengan melihat RPP yang dibuat oleh guru. Terjadi peningkatan atau tidak pada siklus ke-2.
F. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui bimbingan dan arahan di PAUD "HAFIDZA" RT. 2 RW 10 kampung Wates desa Pabuaran kecamatan Bojonggede kabupaten Bogor.
G. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Manfaat bagi penulis
a. Meningkatkan kemampuan profesionalisme penulis untuk melakukan penelitian tindakan sekolah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di PAUD HAFIDZA selama peneliti melaksanakan kegiatan KKN.
b. Meningkatkan kemampuan penulis dalam menyusun serta menulis laporan dan artikel ilmiah.
c. Sebagai motivasi bagi penulis dalam membuat karya tulis ilmiah.
d. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh penulis sebagai salah satu syarat mengikuti perkuliahan di STAI NIDA EL ADABI Parungpanjang Bogor.
e. Juga sebagai latihan membuat penelitian jika nanti ingin mengajukan kenaikan golongan ke- IV b.
e. Dengan adanya pengalaman menulis, dapat memberikan pengetahuan kepada teman-teman guru yang akan menulis.
f. Hasil penelitian ini digunakan penulis sebagai evaluasi terhadap guru dalam menyusun RPP yang selanjutnya akan digunakan sebagai bahan pegangan untuk guru PAUD khususnya PAUD HAFIDZA di RT. 2 RW. 10 kampung Wates desa Pabuaan kecamatan Bojonggede kabupaten Bogor.
2. Manfaat bagi PAUD HAFIDZA.
a. Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang lebih lengkap.
b. Dapat meningkatkan kualitas pendidikan karena Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sudah tersampaikan.
3. Manfaat bagi guru
a. Dapat meningkatkan kompetensi dalam membuat RPP dengan lengkap serta menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.
b. Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar sehingga apa yang diinginkan dalam standar isi dapat tersampaikan.
3. Manfaat bagi siswa
a. Adanya kesiapan belajar, keseriusan , keingintahuan, dan semangaat belajar tinggi terhadap pelajaran.
b. Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercapai target kompetensinya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Guru
Secara etimologi (asal usul kata), istilah ”Guru” berasal dari bahasa India yang artinya ” orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara” Shambuan, Republika, (dalam Suparlan 2005:11).
Kemudian Rabindranath Tagore (dalam Suparlan 2005:11) menggunakan istilah Shanti Niketan atau rumah damai untuk tempat para guru mengamalkan tugas mulianya membangun spiritualitas anak-anak bangsa di India (spiritual intelligence).
Pengertian guru kemudian menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas dalam kegiatan keilmuan yang bersifat kecerdasan spiritual (spiritual intelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual intelligence), tetapi juga menyangkut kecerdasan kinestetik jasmaniah (bodily kinesthetic), seperti guru tari, guru olah raga, guru senam dan guru musik. Dengan demikian, guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya.
Poerwadarminta (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan, “guru adalah orang yang kerjanya mengajar.” Dengan definisi ini, guru disamakan dengan pengajar. Pengertian guru ini hanya menyebutkan satu sisi yaitu sebagai pengajar, tidak termasuk pengertian guru sebagai pendidik dan pelatih. Selanjutnya Zakiyah Daradjat (dalam Suparlan 2005:13) menyatakan,” guru adalah pendidik profesional karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak.”
UU Guru dan Dosen Republik Indonesia No.14 Tahun 2005 ”Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Selanjutnya UU No.20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan, ”pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”
PP No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan, ”pendidik (guru) harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.”
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga pendidik yang profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik, dan bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran.
B. Standar Kompetensi Guru
1. Pengertian Standar Kompetensi Guru
Depdiknas (2004:4) kompetensi diartikan, ”sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. “Secara sederhana kompetensi diartikan seperangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang harus dikuasai dan dimiliki seseorang dalam rangka melaksanakan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawab pekerjaan dan/atau jabatan yang disandangnya” (Nana Sudjana 2009:1).
Nurhadi (2004:15) menyatakan, “kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Selanjutnya menurut para ahli pendidikan McAshan (dalam Nurhadi 2004:16) menyatakan, ”kompetensi diartikan Sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga dapat melakukan perilaku-perilaku koqnitif, afektif, dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.”
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Dalam Suparlan). Arti lain dari kompetensi adalah spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan, sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh lapangan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan kompetensi adalah sebagai suatu kecakapan untuk melakukan sesuatu pekerjaan berkat pengetahuan, keterampilan ataupun keahlian yang dimiliki untuk melaksanakan suatu pekerjaan.
Undang-Undang Guru dan Dosan No.14 Tahun 2005 Pasal 8 menyatakan, ” guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dari rumusan di atas jelas disebutkan pemilikan kompetensi oleh setiap guru merupakan syarat yang mutlak harus dipenuhi oleh guru. Dengan demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya.
Selanjutnya Pasal 10 menyebutkan empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yakni (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi profesional. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan standar Kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dalam bentuk penguasaan perangkat kemampuan yang meliputi pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan bagi seorang tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten. Standar kompetensi guru dipilah ke dalam tiga komponen yang kait- mengait, yakni: 1) pengelolaan pembelajaran, 2) pengembangan profesi, dan 3) penguasaan akademik. Komponen pertama terdiri atas empat kompetensi, komponen kedua memiliki satu kompetensi, dan komponen ketiga memiliki dua kompetensi. Dengan demikian, ketiga komponen tersebut secara keseluruhan meliputi tujuh kompetensi dasar, yaitu: 1) penyusunan rencana pembelajaran, 2) pelaksanaan interaksi belajar mengajar, 3) penilaian prestasi belajar peserta didik, 4) pelaksanaan tindak lanjut hasil penilaian prestasi belajar peserta didik, 5) pengembangan profesi, 6) pemahaman wawasan kependidikan, dan 7) penguasaan bahan kajian akademik ( sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan).
Abdurrahman Mas’ud (dalam Suparlan 2005:99) menyebutkan tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki guru, yakni: (1) menguasai materi atau bahan ajar, (2) antusiasme, dan ( 3) penuh kasih sayang (loving) dalam mengajar dan mendidik.
2. Tujuan dan Manfaat Standar Kompetensi Guru
Depdiknas (2004: 4) tujuan adanya Standar Kompetensi Guru adalah sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru sehingga yang bersangkutan dapat melakukan tugasnya secara profesional, dapat dibina secara efektif dan efisien serta dapat melayani pihak yang berkepentingan terhadap proses pembelajaran, dengan sebaik-baiknya sesuai bidang tugasnya. Adapun manfaat disusunnya standar kompetensi guru adalah sebagai acuan pelaksanaan uji kompetensi, penyelenggaraan diklat, dan pembinaan, maupun acuan bagi pihak yang berkepentingan terhadap kompetensi guru untuk melakukan evaluasi, pengembangan bahan ajar dan sebagainya bagi tenaga kependidikan.
C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
1. Pengertian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan RPP. Silabus merupakan sebagian sub-sistem pembelajaran yang terdiri dari atau yang satu sama yang lain saling berhubungan dalam rangka mencapai tujuan. Hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran adalah penjabaran tujuan yang disusun berdasarkan indikator yang ditetapkan.
Philip Combs (dalam Kurniawati, 2009:66) menyatakan bahwa perencanaan program pembelajaran merupakan suatu penetapan yang memuat komponen-komponen pembelajaran secara sistematis. Analisis sistematis merupakan proses perkembangan pendidikan yang akan mencapai tujuan pendidikan agar lebih efektif dan efisien disusun secara logis, rasional, sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah (masyarakat). Perencanaan program pembelajaran adalah hasil pemikiran, berupa keputusan yang akan dilaksanakan . Selanjutnya Oemar Hakim (dalam Kurniawati 2009:74) menyatakan, ”bahwa perencanaan program pembelajaran pada hakekatnya merupakan perencanaan program jangka pendek untuk memperkirakan suatu proyeksi tentang sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran”.
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan, “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.”
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran adalah suatu upaya menyusun perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum sesuai dengan kebutuhan siswa, sekolah, dan daerah.
Dalam KTSP, guru bersama warga sekolah berupaya menyusun kurikulum dan perencanaan program pembelajaran, meliputi: program tahunan, program semester, silabus, dan rencana peleksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar. RPP merupakan acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran untuk setiap KD. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkaitan dengan aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu KD.
2. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Menurut Permendiknas No. 41 Tahun 2007, komponen RPP terdiri dari a). identitas mata pelajaran, (b) standar kompetensi, (c) kompetensi dasar, (d) indikator pencapaian kompetensi, (e) tujuan pembelajaran, (f) materi ajar, (g) alokasi waktu , (h) metode pembelajaran, (i) kegiatan pembelajaran meliputi: pendahuluan, inti, penutup. (j) sumber belajar, (k) penilaian hasil belajar meliputi: soal, skor dan kunci jawaban.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 (2005 pasal 20) menyatakan bahwa, ”RPP minimal memuat sekurang-kurangnya lima komponen yang meliputi: (1) tujuan pembelajaran, (2) materi ajar, (3) metode pengajaran, (4) sumber belajar, dan (5) penilaian hasil belajar.”
3. Prinsip-Prinsip Penyusunan RPP
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 menyatakan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: a) memperhatikan perbedaan individu peserta didik, b) mendorong partisipasi aktif peserta didik, c) mengembangkan budaya membaca dan menulis, d) memberikan umpan balik dan tindak lanjut, e) keterkaitan dan keterpaduan, f) menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP .
4. Langkah- langkah Menyusun RPP
Langkah-langkah menyusun RPP adalah a) mengisi kolom identitas, b) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan, c) Menentukan SK, KD, dan indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang telah disusun, d) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD dan indikator yang telah ditentukan, e) mengidentifikasi materi ajar berdasarkan materi pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus, materi ajar merupakan uraian dari materi pokok/pembelajaran, f) menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan, g) merumuskan langkah-langkah yang terdiri dari kegiatan awal, inti dan akhir. h) menentukan alat/bahan/sumber belajar yang digunakan, i) menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh soal, teknik penskoran dan kunci jawaban
5. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menyusun RPP
Dalam penyusunan RPP perlu memperhatikan hal sebagai berikut: (a) RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih, b) tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang harus di capai oleh peserta didik sesuai dengan kompetenrsi dasar, c) tujuan pembelajaran dapat mencakupi sejumlah indikator, atau satu tujuan pembelajaran untuk beberapa indikator, yang penting tujuan pembelajaran harus mengacu pada pencapaian indikator, d) Kegiatan pembelajaran (langkah-langkah pembelajaran) dibuat setiap pertemuan, bila dalam satu RPP terdapat 3 kali pertemuan, maka dalam RPP tersebut terdapat 3 langkah pembelajaran, e). Bila terdapat lebih dari satu pertemuan untuk indikator yang sama, tidak perlu dibuatkan langkah kegiatan yang lengkap untuk setiap pertemuannya.





BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu penelitian, jadwal penelitian, dan siklus PTS sebagai berikut :
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di salah satu sekolah PAUD HAFIDZA di RT. 2 RW. 10 kampung Wates desa Pabuaran kecamatan Bojonggede kabupaten Bogor.
Pemilihan sekolah tersebut bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun rencana perlaksanaan pembelajaran (RPP) dengan lengkap.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2011 selama kegiatan KKN berlangsung, mulai 24 Januari sampai dengan 24 Februari 2011.
3. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian seperti pada tabel berikut:
No. Kegiatan Waktu
1. Identifikasi masalah 25 s.d 27 Januari 2011
2. Merumuskan masalah garapan individu 27 Januari 2011
3. Melaksanakan PTS 14 s.d 20 Februari 2011
4. Membuat laporan PTS 21 s.d 24 Februari 2011
5. Melaporkan hasil PTS 24 Februari 2011

4. Siklus Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP ).
B. Persiapan Penelitian Tindakan Sekolah
Sebelum PTS dilaksanakan, dibuat berbagai input instrument yang digunakan untuk mendapatkan data dan informasi.
C. Subjek Penelitian
Yang menjadi subyek dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah guru PAUD HAFIDZA kampung Wates RT. 2 RW. 10 desa Pabuaran kecamatan Bojonggede kabupaten Bogor.
D. Sumber Data
Sumber data dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah dibuat guru PAUD HAFIDZA kampung Wates RT. 2 RW. 10 desa Pabuaran kecamatan Bojonggede kabupaten Bogor.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi, dan diskusi.
a. Wawancara dipergunakan untuk mendapatkan data atau informasi tentang pemahaman guru terhadap RPP.
b. Observasi dipergunakan untuk mengumpulkan data dan mengetahui kompetensi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan lengkap.
c. Diskusi dilakukan antara peneliti dengan guru PAUD HAFIDZA.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data dalam PTS ini sebagai berikut.
a. Wawancara menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki guru tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
b. Observasi menggunakan lembar observasi untuk mengetahui komponen RPP yang telah dibuat dan yang belum dibuat oleh guru .
c. Diskusi dilakukan dengan maksud untuk sharing pendapat dengan guru PAUD HAFIDZA.

F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Sekolah (School Action Research), yaitu sebuah penelitian yang merupakan kerjasama antara peneliti dan guru, dalam meningkatkan kemampuan guru agar menjadi lebih baik dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran .
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat peningkatan yang terjadi dari siklus ke siklus. ”Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1985:63). Dengan metode ini peneliti berupaya menjelaskan data yang peneliti kumpulkan melalui komunikasi langsung atau wawancara, observasi/pengamatan, dan diskusi yang berupa persentase atau angka-angka.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru dalam menyusun RPP. Selanjutnya peneliti memberikan alternatif atau usaha guna meningkatkan kemampuan guru dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam Penelitian Tindakan Sekolah, menurut Sudarsono, F.X, (1999:2) yakni:
1. Rencana : Tindakan apa yang akan dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP secara lengkap. Solusinya yaitu dengan melakukan : a) wawancara dengan guru dengan menyiapkan lembar wawancara, b) Diskusi dalam suasana yang menyenangkan dan c) memberikan bimbingan dalam menyusun RPP secara lengkap.
2. Pelaksanaan: Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP yang lengkap yaitu dengan memberikan bimbingan berkelanjutan pada guru sekolah binaan .
3. Observasi: Peneliti melakukan pengamatan terhadap RPP yang telah dibuat untuk memotret seberapa jauh kemampuan guru dalam menyusun RPP dengan lengkap, hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan oleh guru dalam mencapai sasaran.
Selain itu juga peneliti mencatat hal-hal yang terjadi dalam pertemuan dan wawancara. Rekaman dari pertemuan dan wawancara akan digunakan untuk analisis dan komentar kemudian.
4. Refleksi: Peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil dari refleksi ini, peneliti bersama guru melaksanakan revisi atau perbaikan terhadap RPP yang telah disusun agar sesuai dengan rencana awal yang mungkin saja masih bisa sesuai dengan yang peneliti inginkan.
Prosedur penelitian adalah suatu rangkaian tahap-tahap penelitian dari awal sampai akhir. Penelitian ini merupakan proses pengkajian sistem berdaur sebagaimana kerangka berpikir yang dikembangkan oleh Suharsimi Arikunto dkk. Prosedur ini mencakup tahap-tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Keempat kegiatan tersebut saling terkait dan secara urut membentuk sebuah siklus. Penelitian Tindakan Sekolah merupakan penelitian yang bersiklus, artinya penelitian dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai tujuan penelitian dapat tercapai.”
Alur PTS dapat dilihat pada Gambar berikut :










G. Rencana Pelaksanaan
Rencana pelaksanaan dilakukan dalam dua siklus yaitu:
1. Siklus Pertama (Siklus I )
a). Peneliti merencanakan tindakan pada siklus I (membuat format/instrumen wawancara, penilaian RPP, rekapitulasi hasil penyusunan RPP).
b). Peneliti memberi kesempatan kepada guru untuk mengemukakan kesulitan atau hambatan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
c). Peneliti menjelaskan kepada guru tentang pentingnya RPP dibuat secara lengkap.
d). Peneliti memberikan bimbingan dalam pengembangan RPP.
e). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RPP yang telah dibuat guru.
f). Peneliti melakukan revisi atau perbaikan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang lengkap.
g). Peneliti dan guru melakukan refleksi.
2. Siklus Kedua (Siklus II)
a). Peneiti merencanakan tindakan pada siklus II yang mendasarkan pada revisi/perbaikan pada siklus I, seperti menugasi guru menyusun RPP yang kedua, mengumpulkan, dan melakukan pembimbingan penyusunan RPP.
b). Peneliti melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana pada siklus II.
c). Peneliti melakukan observasi/pengamatan terhadap RPP yang telah dibuat guru.
d). Peneliti melakukan perbaikan atau revisi penyusunan RPP.
e). Peneliti dan guru melakukan refleksi.
H. Indikator Pencapaian Hasil
Peneliti mengharapkan secara rinci indikator pencapaian hasil paling rendah 78 % guru membuat kesebelas komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut:
1. Komponen identitas mata pelajaran diharapkan ketercapaiannya 100%.
2. Komponen standar kompetensi diharapkan ketercapaiannya 85%.
3. Komponen kompetensi dasar diharapkan ketercapaiannya 85%.
4. Komponen indikator pencapaian kompetensi diharapkan ketercapaiannya 75%.
5. Komponen tujuan pembelajaran diharapkan ketercapaiannya 75%.
6. Komponen materi pembelajaran diharapkan kecercapaian 75%.
7. Komponen alokasi waktu diharapkan ketercapaiannya 75%.
8. Komponen metode pembelajaran diharapkan kecercapaiannya 75%.
9. Komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran diharapkan ketercapaian-nya 70%.
10. Komponen sumber belajar diharapkan ketercapaiannya 70%.
11. Komponen penilaian (soal, pedoman penskoran, kunci jawaban) diharapkan ketercapaiannya 75%.












BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Dari hasil wawancara terhadap 5 orang guru, penulis memperoleh informasi bahwa semua guru PAUD HAFIDZA belum tahu kerangka penyusunan RPP, hanya satu orang guru yang pernah mengikuti pelatihan pengembangan RPP, umumnya guru mengadopsi dan mengadaptasi RPP, kebanyakan guru tidak tahu dan tidak paham menyusun RPP secara lengkap, mereka setuju bahwa guru harus menggunakan RPP dalam melaksanakan proses pembelajaran yang dapat dijadikan acuan/pedoman dalam proses pembelajaran. Selain itu, kebanyakan guru belum tahu dengan komponen-komponen RPP secara lengkap.
Berdasarkan hasil observasi penulis terhadap lima RPP yang dibuat guru (khusus pada siklus I), diperoleh informasi/data bahwa masih ada guru yang tidak melengkapi RPP-nya dengan komponen dan sub-subkomponen RPP tertentu, misalnya komponen indikator dan penilaian hasil belajar (pedoman penskoran dan kunci jawaban). Rumusan kegiatan siswa pada komponen langkah-langkah kegiatan pembelajaran masih kurang tajam, interaktif, inspiratif, menantang, dan sistematis.
Dilihat dari segi kompetensi guru, terjadi peningkatan dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Hal itu dapat dilihat pada lampiran Rekapitulasi Hasil Penyusunan RPP dari Siklus ke Siklus (Lampiran).
Siklus I (Pertama)
Siklus pertama terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi seperti berikut ini.
1. Perencanaan ( Planning )
a. Membuat lembar wawancara
b. Membuat format/instrumen penilaian RPP
c. Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RPP siklus I dan II
d. Membuat format rekapitulasi hasil penyusunan RPP dari siklus ke siklus
2. Pelaksanaan (Acting)
Pada saat awal siklus pertama indikator pencapaian hasil dari setiap komponen RPP belum sesuai/tercapai seperti rencana/keinginan peneliti. Hal itu dibuktikan dengan masih adanya komponen RPP yang belum dibuat oleh guru. Sebelas komponen RPP yakni: 1) identitas mata pelajaran, 2) standar kompetensi, 3) kompetensi dasar, 4) indikator pencapaian kompetensi, 5) tujuan pembelajaran, 6) materi ajar, 7) alokasi waktu, 8) metode pembelajaran, 9) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, 10) sumber belajar, 11) penilaiaan hasil belajar ( soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban). Hasil observasi pada siklus kesatu dapat dideskripsikan berikut ini:
Observasi dilaksanakan Selasa, 22 Februari 2011, terhadap 4 orang guru. Semuanya menyusun RPP, tapi masih ada guru yang belum melengkapi RPP-nya baik dengan komponen maupun sub-sub komponen RPP tertentu. Satu orang tidak melengkapi RPP-nya dengan komponen indikator pencapaian kompetensi. Untuk komponen penilaian hasil belajar, dapat dikemukakan sebagai berikut:
 Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik dan bentuk instrumen.
 Satu orang tidak melengkapinya dengan teknik, bentuk instumen, soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.
 Dua orang tidak melengkapinya dengan teknik, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.
 Satu orang tidak melengkapinya dengan soal, pedoman penskoran, dan kunci jawaban.
 Satu orang tidak melengkapinya dengan pedoman penskoran dan kunci jawaban.
Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya.
Siklus II (Kedua)
Siklus kedua juga terdiri dari empat tahap yakni: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Hasil observasi pada siklus kedua dapat dideskripsikan berikut ini:
Observasi dilaksanakan Selasa, 22 Februari 2011, terhadap empat orang guru. Semuanya menyusun RPP, tapi masih ada guru yang keliru dalam menentukan kegiatan siswa dalam langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan metode pembelajaran, serta tidak memilah/ menguraikan materi pembelajaran dalam sub-sub materi. Untuk komponen penilaian hasil belajar, dapat dikemukakan sebagai berikut:
 Satu orang keliru dalam menentukan teknik dan bentuk instrumennya.
 Satu orang keliru dalam menentukan bentuk instrumen berdasarkan teknik penilaian yang dipilih.
 Dua orang kurang jelas dalam menentukan pedoman penskoran.
 Satu orang tidak menuliskan rumus perolehan nilai siswa.
Selanjutnya mereka dibimbing dan disarankan untuk melengkapinya.
B. Pembahasan
Penelitian Tindakan Sekolah dilaksanakan di PAUD HAFIDZAH kampung Wates desa Pabuaran kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor yang merupakan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tempat kegiatan KKN penulis berstatus non formal, terdiri atas lima guru, dan dilaksanakan dalam dua siklus. Kelima guru tersebut menunjukkan sikap yang baik dan termotivasi dalam menyusun RPP dengan lengkap. Hal ini penulis ketahui dari hasil pengamatan pada saat melakukan wawancara dan pengarahan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Selanjutnya dilihat dari kompetensi guru dalam menyusun RPP, terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II.
1. Komponen Identitas Mata Pelajaran
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan identitas mata pelajaran). Jika dipersentasekan, 60%. Tiga orang guru mendapat skor 3 (baik) dan 2 orang mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan identitas mata pelajaran dalam RPP-nya. Semuanya mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 100%, terjadi peningkatan 40% dari siklus I.
2. Komponen Standar Kompetensi
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan standar kompetensi dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan standar kompetensi). Jika dipersentasekan, 81%. Masing-masing satu orang guru mendapat skor 1, 2, dan 3 (kurang baik, cukup baik, dan baik). Dua orang guru mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan standar kompetensi dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 2 (baik) dan 3 orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 60%, terjadi peningkatan 40% dari siklus I.
3. Komponen Kompetensi Dasar
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan kompetensi dasar dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan kompetensi dasar). Jika dipersentasekan, 81%. Satu orang guru masing-masing mendapat skor 1, 2, dan 2 (kurang baik, cukup baik, dan baik). Dua orang guru mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan kompetensi dasar dalam RPP-nya. Empat orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 80%, terjadi peningkatan 20% dari siklus I.
4. Komponen Indikator Pencapaian Kompetensi
Pada siklus pertama empat orang guru mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan indikator pencapaian kompetensi). Sedangkan satu orang tidak mencantumkan/melengkapinya. Jika dipersentasekan, 20%. Satu orang guru masing-masing mendapat skor 1 dan 2 (kurang baik dan cukup baik). Empat orang guru mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan indikator pencapaian kompetensi dalam RPP-nya. Empat orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 80%, terjadi peningkatan 20% dari siklus I.
5. Komponen Tujuan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan tujuan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 63%. Satu orang guru mendapat skor 1 (kurang baik), dua orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan dua orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan tujuan pembelajaran dalam RPP-nya. Tiga orang mendapat skor 3 (baik) dan dua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 84%, terjadi peningkatan 21% dari siklus I.
6. Komponen Materi Ajar
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan materi ajar dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan materi ajar). Jika dipersentasekan, 66%. Satu orang guru masing-masing mendapat skor 1 dan 4 (kurang baik dan sangat baik), dua orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan dua orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan materi ajar dalam RPP-nya. Tiga orang mendapat skor 3 (baik) dan dua orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 81%, terjadi peningkatan 15% dari siklus I.
7. Komponen Alokasi Waktu
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan alokasi waktu dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan alokasi waktu). Semuanya mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan, 75%. Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan alokasi waktu dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 3 (baik) dan tiga orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 91%, terjadi peningkatan 16% dari siklus I.
8. Komponen Metode Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan metode pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan metode pembelajaran). Jika dipersentasekan, 72%. Satu orang guru mendapat skor 2 (cukup baik), tiga orang mendapat skor 3 (baik), dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan metode pembelajaran dalam RPP-nya. Satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), tiga orang mendapat skor 3 (baik), dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 75%, terjadi peningkatan 3% dari siklus I.
9. Komponen Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran). Jika dipersentasekan, 53%. Empat orang guru mendapat skor 2 (cukup baik), sedangkan satu orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam RPP-nya. Satu orang mendapat skor 2 (cukup baik) dan empat orang mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan, 72%, terjadi peningkatan 19% dari siklus I.
10. Komponen Sumber Belajar
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan sumber belajar dalam RPP-nya (melengkapi RPP-nya dengan sumber belajar). Jika dipersentasekan, 66%. Dua orang guru mendapat skor 2 (cukup baik), sedangkan tiga orang mendapat skor 3 (baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan sumber belajar dalam RPP-nya. Dua orang mendapat skor 2 (cukup baik) dan tiga orang mendapat skor 3 (baik). Jika dipersentasekan, 69%, terjadi peningkatan 3% dari siklus I.
11. Komponen Penilaian Hasil Belajar
Pada siklus pertama semua guru (lima orang) mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RPP-nya meskipun sub-sub komponennya (teknik, bentuk instrumen, soal), pedoman penskoran, dan kunci jawabannya kurang lengkap. Jika dipersentasekan, 56%. Satu orang guru masing-masing mendapat skor 1 dan dua (kurang baik dan baik), satu orang mendapat skor 2 (cukup baik), dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Pada siklus kedua kelima guru tersebut mencantumkan penilaian hasil belajar dalam RPP-nya meskipun ada guru yang masih keliru dalam menentukan teknik dan bentuk penilaiannya. Empat orang mendapat skor 3 (baik) dan satu orang mendapat skor 4 (sangat baik). Jika dipersentasekan, 78%, terjadi peningkatan 22% dari siklus I.
Berdasarkan pembahasan di atas terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Pada siklus I nilai rata-rata komponen RPP 69%, pada siklus II nilai rata-rata komponen RPP 83%, terjadi peningkatan 14%.
Untuk mengetahui lebih jelas peningkatan setiap komponen RPP, dapat dilihat pada lampiran Rekapitulasi Hasil Penyusunan RPP dari Siklus ke Siklus PAUD HAFIDZA kampung Wates RT. 2, RW. 10, desa Pabuaran kecamatan Bojonggede Bogor.



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Penelitian Tinadakan Sekolah (PTS) dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Bimbingan dan pengarahan selama kegiatan KKN dapat meningkatkan motivasi guru dalam menyusun RPP dengan lengkap. Guru menunjukkan keseriusan dalam memahami dan menyusun RPP apalagi setelah mendapatkan bimbingan pengembangan/penyusunan RPP dari peneliti. Informasi ini penulis peroleh dari hasil pengamatan pada saat mengadakan wawancara dan bimbingan pengembangan/penyusunan RPP kepada para guru PAUD HAFIDZA.
2. Bimbingan dan pengarahan selama kegiatan KKN dapat meningkatkan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Hal itu dapat dibuktikan dari hasil observasi /pengamatan yang memperlihatkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi guru dalam menyusun RPP dari siklus ke siklus . Pada siklus I nilai rata-rata komponen RPP 69% dan pada siklus II 83%. Jadi, terjadi peningkatan 14% dari siklus I.
B. Saran
Telah terbukti bahwa dengan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan KKN dapat meningkatkan motivasi dan kompetensi guru dalam menyusun RPP. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Motivasi yang sudah tertanam khususnya dalam penyusunan RPP hendaknya terus dipertahankan dan ditingkatkan/ dikembangkan .
2. RPP yang disusun/dibuat hendaknya mengandung komponen-komponen RPP secara lengkap dan baik karena RPP merupakan acuan/pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
3. Dokumen RPP hendaknya dibuat minimal dua rangkap, satu untuk arsip sekolah dan satunya lagi untuk pegangan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.
Dewi, Kurniawati Eni . 2009. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Dan Sastra Indonesia Dengan Pendekatan Tematis. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.
Depdiknas. 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Depdiknas.
2004. Standar Kompetensi Guru Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
2005. UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.
2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
2007. Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007a tentang Standar Proses. Jakarta: Depdiknas.
2007. Permendiknas RI No. 12 Tahun 2007b tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Jakarata: Depdiknas.
2008. Perangkat Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran SMA. Jakarta.
2008. Alat Penilaian Kemampuan Guru. Jakarta: Depdiknas.
2009. Petunjuk Teknis Pembuatan Laporan Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis Ilmiah Dalam Kegiatan Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta.
Fatihah, RM . 2008. Pengertian konseling (Http://eko13.wordpress.com, diakses 19 Maret 2009).
Imron, Ali. 2000. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.
Kemendiknas. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Jakarta.
2010. Supervisi Akademik. Jakarta.
Kumaidi. 2008. Sistem Sertifikasi (http://massofa.wordpress.com diakses 10 Agustus 2009).
Nawawi, Hadari. 1985. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Pidarta, Made . 1992. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sudjana, Nana. 2009. Standar Kompetensi Pengawas Dimensi dan Indikator. Jakarta : Binamitra Publishing.
Suharjono. 2003. Menyusun Usulan Penelitian. Jakarta: Makalah Disajikan
pada Kegiatan Pelatihan Tehnis Tenaga Fungsional Pengawas.
Suparlan. 2005. Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi kedua

















LAMPIRAN - LAMPIRAN















Mutu pendidikan amat ditentukan oleh mutu gurunya Mendiknas, Bapak Abdul Malik Fadjar “ (Republika, 2003). Untuk membangun pendidikan yang bermutu, yang paling penting bukan membangun gedung sekolah atau sarana dan prasarananya, melainkan harus dengan upaya peningkatan proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan. Kesemuanya itu hanya dapat dilakukan oleh guru yang bermutu.
Lembar Wawancara kepada Guru
Ada beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada guru yang berhubungan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
1. Apakah bapak/Ibu mengetahui kerangka dalam menyusun RPP ?
2. Apakah bapak/Ibu memiliki dokumen Standar Proses ?
3. Apakah bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan/penataran dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
4. Apakah bapak/Ibu ada membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
5. Jika ada, apakah bapak/ ibu menyusunnya sendiri atau mengadopsi RPP atau mengadaptasi RPP yang dibuat oleh orang lain ?
6. Kalau tidak mengapa ? Jelaskan !
7. Bagaimanakah pendapat bapak/Ibu jika seorang guru mengajar tanpa menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
8. Apakah ada kendala dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
9. Apakah bapak/Ibu setuju guru mengajar menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
10. Apakah Bapak/Ibu tahu komponen-komponen yang harus ada pada RPP?


Lampiran 1

Lembar Wawancara kepada Guru

Beberapa pertanyaan yang ditanyakan kepada guru yang berhubungan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sebagai berikut.
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui kerangka dalam menyusun RPP ?
Jawab: Semua guru mengatakan belum mengetahuinya.
2. Apakah Bapak/Ibu memiliki dokumen Standar Proses ?
Jawab: Semua guru mengatakan tidak memilikinya. Hanya sebuah sebagai dokumen sekolah.
3. Apakah Bapak/Ibu pernah mengikuti pelatihan/penataran dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
Jawab: Empat dari lima orang guru menyatakan belum pernah mengikuti pelatihan pengembangan/penyusunan RPP.
4. Apakah Bapak/Ibu ada membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
Jawab: Semuanya menyatakan telah membuat RPP, tapi tidak tahu apakah RPP yang telah mereka buat, benar/salah, lengkap/belum.
5. Jika ada, apakah Bapak/ Ibu menyusunnya sendiri atau mengadopsi RPP atau mengadaptasi RPP yang dibuat oleh orang lain ?
Jawab: Sebagian besar menyatakan mengadopsi dan mengadaptasi RPP orang lain.
6. Kalau tidak mengapa ? Jelaskan !
Jawab: kami sama-sama belum begitu paham sedang belajar dan ingin belajar.
7. Bagaimanakah pendapat Bapak/Ibu jika seorang guru mengajar tanpa menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
Jawab: Mereka mengatakan akan merasa kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran dan berlangsung kurang sistematis karena tidak ada acuan/pedoman dalam melaksanakannya.
8. Apakah ada kendala dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
Jawab: Sebagian besar menjawab “ada.”
9. Apakah Bapak/Ibu setuju guru mengajar menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ?
Jawab: Semuanya menyatakan “setuju.”
10. Apakah Bapak/Ibu tahu komponen-komponen RPP secara lengkap?
Jawab: Sebagian besar menyatakan belum tahu.









ANGKET YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI
NAMA GURU :
ASAL SEKOLAH :
ALAMAT SEKOLAH :
1. Guru wajib memiliki Standar proses dan standar penilaian
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
2. Guru berkewajiban membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
3. Rencana Pelaksanaan pembelajaran digunakan sebagai acuan dalam mengajar
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
4. Dalam penyusunan RPP paling sedikit memuat lima komponen yaitu tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, sumber belajar dan penilaian hasil belajar
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
5. Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
6. Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsif dan prosedur yang relevan
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
7. Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
8. Sumber belajar didasarkan pada SK, KD, Materi ajar, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
9. Penilaian hasil belajar mengacu kepada standar penilaian
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
10. Komponnen penilaian dilengkapi dengan soal, pedoman penskoran dan kunci jawaban
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju
11. RPP yang sudah dibuat perlu direvisi apabila tidak dapat dilaksanakan di kelas
a. Sangat setuju b. Setuju c. Tidak setuju d. Sangat tidak setuju

KETERANGAN :
Kolom komponen/aspek motivasi diisi dengan angka yang sesuai dengan kriteria berikut:
STS = Sangat tidak setuju, skor 1
TS = Tidak setuju skor 2
S = Setuju skor 3
ST = Sangat setuju skor 4
PEDOMAN PENILAIAN RPP
NAMA RESPONDEN : ....................................................
NIP/NUPTK : ..........................................................
BIDANG STUDY : .......................................................
KELAS : ..............................................................

No Komponen NILAI Keterangan
1 2 3 4
1. Mencantumkan Identitas
2. Mencantumkan Indikator
3. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
4. Mencantumkan Materi Pembelajaran
5. Mencantumkan Metode Pembelajaran
6. Mencantumkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
7. Mencantumkan Sumber Belajar
8. Mencantumkan Penilaian
Jumlah Total =

Catatan :
Skor 1 : Tidak Mencantumkan
Skor 2 : Mencantumkan tapi tidak sinkron
Skor 3 : Mencantumkan secara singkat
Skor 4 : Mencantumkan secara lengkap dan sinkron

Saran :

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Perbaikan :

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
Bojonggede, Februari 2011
Kepala Sekolah PAUD

Selasa, 15 Februari 2011

KKN kelompok Bojonggede hari ke 23

Kegiatan hari ini tanggal 15 Februari hari Selasa bertepatan dengan tanggal peringatan maulid Nabi Muhammad Saw, semua peserta menunggu dari mulai sekitar pukul 09.00 di Yayasan Mathul dengan tujuan menyambut Ketua STAI NIDA EL-ADABI Parungpanjang Bogor. Pada kesempatan yang datang supervisi rencananya Ketua STAI-nya, kami dari kelompok KKN Bojonggede ingin melaporkan baik secara individu maupun regu. Sampai menjelang pukul 16.00 sang Ketua tidak kunjung tiba yang akhirnya semua laporan yang masih dalam bentuk konsep diberikan kepada Ketua pelaksana (Bapak Jayadih, S.PdI) dengan disaksikan oleh Dosen Pembimbing. Foto yang sempat terambil ini dia: